SEJARAH DAN LEGENDA DESA PENCIL

SEJARAH DAN LEGENDA DESA PENCIL

Pada zaman dahulu Desa Pencil berupa kebon kopi. Di kebon kopi itu ada sejumlah orang yang merawat kebon itu sebanyak 7 kepala keluarga. Pada suatu hari datanglah seorang Bupati bersama pengawalnya ke kebon kopi tersebut dan di karenakan waktu itu ada program dari pemerintah pusat untuk membuat desa maka bupati memerintahkan kapada 7 warga tersebut untuk mengadakan pemilihan Kepala Desa.

Dalam pemilihan kepala desa tersebut terdapat 2 calon, yang pertama adalah calon yang diusung atau dijagokan dari masyarakat yang bernama Mbah Wangsa Wijaya dan yang ke dua adalah calon dari Bupati yang bernama Wangsa Semita. Sebelum diadakan pemilihan kepala desa, bupati menjanjikan apabila yang menang calon dari bupati maka wilayahnya sebelah selatan sampai Widara Payung, sebelah barat sampai sungai Lukkulo, sebelah utara sampai Selaranda, dan sebelah timur sampai Kali Sangga. Setelah diadakan pemilihan kepala desa secara dodokan (bahasa jawa) sebanyak 3 kali ternyata yang memenangkan pemilihan tersebut adalah calon dari masyarakat yang bernama Wangsa Wijaya.

Setelah pemilihan tersebut selesai, bupati memerintahkan kepada pengawal untuk melepaskan kudanya dan membiarkan kuda tersebut lari sampai temugelang (bahasa jawa) dan setelah kuda tersebut berhenti bupati mengatakan kepada Wangsa Wijaya "Daerah yang dikelilingi kuda itulah wilayahmu" dan Wangsa Wijaya mengucapkan terimakasih kepada bupati dengan mengatakan "Terima kasih walaupun wilayah saya cuma sekian, tidak akan habis sampai tujuh turunan".  Setelah selesai Bupati kembali ke Kabupaten.

Selang waktu berlalu, datanglah seorang tamu yang membawa sebuah bibit pohon, tamu tersebut  bernama Mbok Simpen. Mbok Simpen adalah seorang buronan Belanda yang mencari perlindungan kepada Mbah Wangsa Wijaya. Mbah Wangsa Wijaya menyuruh Mbok Simpen bersembunyi di Plenthus.

Selama bersembunyi Mbok Simpen menanam bibit pohon yang ia bawa. Setelah menanam pohon tersebut Mbah Wangsa Wijaya datang menenggok keadaan Mbok Simpen, sesampainya disana Mbah Wangsa Wijaya melihat pohon yang aneh dan beliau menanyakan kepada Mbok Simpen "Mbok iki wit apa ?" (bahasa jawa), kemudian mbok simpen menjawab "iki wit pencil." Setelah tahu keadaan Mbok Simpen Mbah Wangsa Wijaya pun pulang.  

Selang beberapa hari kemudian mbah wangsa wijaya menenggok Mbok Simpen lagi, sesampainya disana beliau kaget karena Mbok Simpen sudah tidak ada lagi ditempat dan setelah ditunngu beberapa lama bahkan hingga hari terus berganti Mbok Simpen tidak pernah muncul lagi bahkan menghilang. Untuk mengenang Mbok Simpen maka nama pohon Pencil oleh Mbah Wangsa Wijaya  digunakan  untuk memberi nama wilayah desanya yang berupa kebon kopi, dimasa depan   kebon kopi tersebut tekenal dengan nama Pencil atau  Desa Pencil.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Kebumen Terkini

Tahun Ini KIE Ditiadakan, Diganti Expo Keagamaan
Peringati Hardiknas, Bupati Kebumen Upayakan Para Guru Honorer Diangkat PPPK
Peringati Hari Buruh, Bupati Kebumen Sebut Angka Penganguran Turun
Berkomitmen Majukan Pendidikan, Bupati Kebumen Raih Penghargaan Detik Jateng-Jogja Awards
Puluhan Ribu Warga Padati Alun-alun Pancasila, Nobar Timnas U-23 vs Uzbekistan

Arsip Berita

Statistik Pengunjung

Polling 1

Polling 2

Polling 3